SANTRIMANDIRI.NET - Shalawat Nariyah ini sangat populer di kalangan muslim seluruh dunia. Termasuk bagi Anda pasti pernah mendengarnya, meskipun ada yang belum pernah mengamalkannya. Sholawat Nariyah memiliki sebutan lainnya, seperti Sholawat Tafrijiyyah atau juga juga Sholawat Kamilah (sempurn) yang ditulis oleh Syech Imam Ibrahim Ibnu Muhammad at Taziy.
Karena sholawat ini lebih dikenal dengan sebutan sholawat Tafrijiyah, itu artinya melapangkan kesulitan. Sebagian ulama menamakannya sholawat Taziyyah lkarena dinisbatkan untuk penyusun shalawat tersebut, yaitu Syech Abu Ishaq Ibrahim atTaziy.
Sebagian lainnya menamakannya sholawat Kamilah, dengan kata lain yang sempurna, penamaan ini dilansir dari redaksi shalawat tersebut sendiri. Pun sebagian ulama lainnya menamakannya dengan sebutan sholawat al Qurthubiyyah. Karena imam al-Qurthubiy adalah salah satu ulama banyak meriwayatkan keistimewaan akan rahasia sholawat Nariyyah ini.
Penduduk Maghribi (Maroko) menyebutnya Sholawat Nariyah, yang berarti api. Sebab sifatnya yang mustajab. Lantaran bilamana mereka hendak mendapatkan terkabulnya hajat dan terhindar dari bahaya, lantas mereka berkumpul di satu majelis , membacakan sholawat itu bersama-sama sejumlah 4444x.
Maka, mereka menemukan apa yang mereka inginkan segala hajat bakal terkabul dengan cepat sperti cepatnya kobaran api yang menghanguskan jerami.
Sholawat adalah permohonan kepada Allah Ta’ala supaya memberikan keberkahan dan keagungan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarganya, dan sahabatnya. Jika anda berdo’a dengan diawali dengan membaca sholawat, maka doa itu menjadi segera naik ke langit.
Sholawat pun menjadi tanda kerinduan seseorang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Di samping itu, membaca sholawat adalah perintah Allah Ta’ala kepada orang-orang yang beriman, sebab Allah dan semua malaikat-Nya pun melakukannya. Terdapat dalam surat Al Ahzab ayat 56.
Salah satu hadits yang paling populer yang menyarankan kita rajin untuk membaca shalawat adalah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Barangsiapa membaca sholawat untukku, Allah bakal membalasnya 10 kebaikan (rohmat), diampuni sepuluh dosanya (dosa kecil), dan ditinggikan sampai sepuluh derajat baginya.
Di dalam buku Khozinatul Asror (halaman 179) tertulis, “Salah satu sholawat yang mustajab ialah Sholawat Tafrijiyyah Qurthubiyyah, orang Maroko menyebutnya dengan Sholawat Nariyyah.
Amalan Cara Membaca Sholawat Nariyah
Sholawat Nariyah lebih utamanya dibaca sebanyak 4444x. Dibacanya bisa sendiri, maupun secara berjamaah.
Imam al Qurthubi menuturkan bahwa, “Siapa saja yang membaca Sholawat Nariyah secara rutin masing-masing hari sejumlah 41 kali atau 100 kali atau lebih, maka Allah akan menghilangkan kegelisahan dan kesusahannya, menghilangkan kendala dan penyakitnya, mempermudah segala urusannya, menerangi hatinya, meningikan derajatnya, membetulkan keadaannya, meluaskan rezekinya, membukakan baginya segala pintu kebaikan, dll.
Ahlul Asror menamakan sholawat Nariyah/Tafrijiyyah ini dengan nama “ مفتاح الكنز المحيط لنيل مراد العبيد “ (kunci perbendaharaan samudera untuk menggapai puncaknya seorang hamba).
Imam As Sanusi berkata: “Siapa saja yang membiasakan membaca sholawat Tafrijiyyah tiap hari sebanyak 11x, maka seolah-olah rizki dari langit turun kepadanya dan rizki dari bumi tumbuh untuknya.”
Imam Ad Dinawari mengatakan, ”Siapa saja yang membiasakan membaca Sholawat Nariyah 11x setiap selesai sholat dan ia menjadikan wiridannya, maka rizkinya tidak akan pernah putus. Siapa saja yang lazim membacanya setiap berlalu shalat shubuh sejumlah 41 kali, maka segala hajatnya bakal diijabah. Siapa saja yang lazim membacanya masing-masing hari 100 kali, maka bakal mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan segala urusan melebihi apa yang ia sangka. Siapa saja yang membiasakan membacanya masing-masing hari sejumlah 313, maka Allah bakal membukakan baginya tabir segala rahasia. Siapa saja yang lazim membacanya 1000 x, maka Allah akan menyerahkan sesuatu yang tidak dapat disifati oleh manusia, mata manusia belum pernah melihatnya, telinga insan belum pernah mendengarnya dan belum pernah terbersit dalam hati mereka.
Khazanah lainnya mengenai sholawat Nariyah ini adalah permohonan untuk Allah dengan bertawassul kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak 8x. Satu kali dengan menyebut nama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memakai isim dzohir, dan 7 kali dengan memakai isim Dhomir (kata ganti). Susunan seperti ini tidak ditemukan pada redaksi sholawat yang lainnya.
Pengarang Kitab Sirrul Asror menuliskan, “Fadhilah/keutamaan sholawat Nariyah atau shalawat Kamilah yang dibacakan di atas akan diperoleh dengan kriteria mudawamah/istiqomah/konsisten dalam membacanya.”
Berikut ini ialah bacaan Shalawat Nariyah beserta latin dan terjemahnya :
Shalawat Nariyah
اَللّٰهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَآمًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضٰى بِهِ الْحَوَآئِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَآئِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَّكَ
Allaahumma sholli sholaatan kaamilatan, wa sallim salaaman taamman 'alaa sayyidina Muhammadinilladzii tanhallu bihil-'uqodu wa tanfariju bihil-kurobu wa tuqdhoo bihil-hawaa'iju wa tunaalu bihir-raghooibu wa husnul-khowaatimi wa yustasqol (wa yastasqil) gomaamu bi wajhihil-kariimi wa 'alaa aalihii wa shohbihii fii kulli lamhatiw wa nafasim bi 'adadi kulli ma'luumil laka.
Artinya :
"Ya Allah, limpahkanlah sholawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, yang melaluinya semua kendala dapat terpecahkan, seluruh kesusahan bisa dilenyapkan, semua kebutuhan dapat terpenuhi, dan seluruh yang diinginkan. Serta khusnul khotimah bisa diraih, dan berkat dirinya yang mulia awan menurunkan hujannya, dan semoga pula terlimpahkan untuk keluarganya serta semua shahabatnya, di masing-masing detik dan hembusan nafas sejumlah bilangan seluruh yang diketahui oleh Engkau.
Permasalahan itu bukanlah sebagaicara perbuatan syirik sebagaimana menurut keterangan dari para Ulama Fiqih.
Kenapa?
Karena kita memohon atau meminta sesuatu melulu kepada Allah SWT bukan untuk perantara.
Namun ada sejumlah pendapat mengenai boleh atau tidaknya anda bertawassul melewati Nabi SAW atau juga orang-orang sholeh lainnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Malik, As-Subki, Al-Karmani, An-Nawawi, Al-Qasthalani, As-Sumhudi, Ibnu al-Haj dan Ibnu al-Jazari (Mausu’ah al-Kuwaitiyah 5/22) bahwa urusan itu berlaku, baik pada waktu mereka tetap hidup di dunia ataupun telah wafat.
Kita cermati dahulu teks sholawat Nariyah secara lengkap sebagai berikut:
اَللّهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَمًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِى كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
Perhatian semua penuduh sholawat Nariyah berisi kesyirikan lazimnya tertuju pada empat kalimat berurutan di bawah ini:
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Kalimat-kalimat tersebut pun dirinci kemudian diterjemahkan begini:
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ
Artinya: "Segala ikatan dan kesulitan dapat lepas sebab Nabi Muhammad."
وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ
Artinya: "Segala bencana dapat tersingkap dengan adanya Nabi Muhammad."
وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ
Artinya: "Segala kebutuhan dapat terkabulkan sebab Nabi Muhammad."
وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Artinya: "Segala keinginan dapat didapatkan dengan adanya Nabi Muhammad."
Berdasarkan keterangan dari para penuduh itu, empat kalimat tersebut penuh kesyirikan sebab secara terjemahan berisi pernyataan bahwa Nabi Muhammad memiliki keterampilan yang hanya dipunyai Allah, seperti dapat menghilangkan kesulitan, menghilangkan bencana, mengisi kebutuhan, dan mengabulkan kemauan serta doa hanyalah Allah.
Kedua, penulis sholawat Nariyah, termasuk semua pengikutnya, sembrono dalam mengamati redaksi tersebut sampai-sampai terjerumus untuk kesyirikan. Kemungkinan ini pun sangat kecil sebab persoalan bahasa ialah perkara teknis yang tentu telah dikuasai oleh mereka yang telah menyandang reputasi kelilmuan dan karya yang tak biasa.
Ketiga, semua penuduhlah yang justru sembrono dalam menghakimi, tanpa mengamati secara cermat dalil sholawat secara umum, termasuk pun aspek redaksional dari sholawat Nariyah itu.
Kita kaji dari sisi ilmu nahwu, empat kalimat di atas adalah shilah dari kata sambung (isim maushul) الذي yang berposisi sebagai na‘at atau menyifati kata محمّد.
Untuk menjernihkan persoalan, ayo kita cermati satu per satu kalimat tersebut.
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Pertama, تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ .
Dalam kacamata ilmu sharaf, kata تَنْحَلُّ adalahfi’il mudlari‘ dari kata انْحَلَّ. Bentuk ini mengekor wazan انْفَعَلَ yang mempunyai fungsi/faedah لمُطَاوَعَةِ فَعَلَ (dampak dari فَعَلَ). Demikian keterangan yang anda dapatkan bila anda membuka buku sharaf dasar, al-Amtsilah at-Tashrîfiyyah, karya Syekh Muhammad Ma’shum bin ‘Ali.
Contoh:
كَسَرْتُ الزُّجَاجَ فَانْكَسَرَ
“Saya memecahkan kaca maka pecahlah kaca itu.” Dengan bahasa lain, kaca tersebut pecah (انْكَسَر) karena akibat dari perbuatan subjek “saya” yang memecahkan.
Contoh lain:
حَلّ اللهُ العُقَدَ فَانْحَلَّ
“Allah sudah melepas sejumlah ikatan (kesulitan) maka lepaslah ikatan itu.” Dengan bahasa lain, ikatan-ikatan tersebut lepas sebab Allahlah yang melepaskannya.
Di sini kita mengamati bahwa wazan انْفَعَلَ mengumpamakan adanya “pelaku tersembunyi” sebab ia sekadar ekspresi akibat atau kibat dari kegiatan sebelumnya.
Kalau تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ dimaknai bahwa secara mutlak Nabi Muhammad melepas ikatan-ikatan tersebut tentu ialah kesimpulan yang keliru, sebab tambahan bihi di sini mengindikasikan pengertian perantara (wasilah). Pelaku tersembunyinya tetaplah Allah—sebagaimana fungsi لمُطَاوَعَةِ فَعَلَ.
Hal ini mengingatkan anda pada kalimat doa:
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
“Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah ikatan/kekakuan dari lidahku, agar mereka memahami perkataanku.”
Kedua, تَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ
Senada dengan keterangan di atas, تَنْفَرِجُ adalahfi’il mudlari‘ dari kata انْفَرَجَ, yang pun mengikuti wazan انْفَعَلَ. Faedahnya juga sama لمُطَاوَعَةِ فَعَلَ (dampak dari فَعَلَ).
Ketika disebutkan تَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ maka bisa diandaikan bahwa فَرَجَ اللهُ الكُرَبَ فَانْفَرَجَ. Dengan demikian, Allah-lah yang membuka atau menyingkap bencana/kesusahan, bukan Nabi Muhammad.
Ketiga, تُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ
Kata تُقْضَى ialah fi’il mudlari‘ dalam format pasif (mabni majhûl). Dalam ilmu nahwu, fi’il mabni majhul tak melafalkan fa’il karena dirasakan sudah diketahui atau sengaja disembunyikan. Kata الْحَوَائِجُ menjadi naibul fa’il (pengganti fa’il). Ini serupa saat kita menuliskan “anjing dipukul” maka kita dapat mengandaikan adanya pelaku pemukulan yang sedang disamarkan.
Dengan demikian kita dapat mengandaikan kalimat lebih menyeluruh dari rangkaian tersebut.
يَقْضِي اللهُ الْحَوَائِجَ
“Allah bakal mengabulkan kebutuhan-kebutuhan.”
Keempat, تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Penjelasan ini pun nyaris sama dengan permasalahan تُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ. Singkatnya, Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam bukan secara mutlak memiliki keterampilan memberikan keinginan-keinginan sebab Allah-lah yang melakukan urusan tersebut yang dalam kalimat itu disembunyikan. Fa’il tidak dilafalkan karena dirasakan sudah diketahui.
Alhasil, dapat dicerna bahwa tuduhan syirik atas kalimat-kalimat tersebut sesungguhnya keliru. Sebab, keterampilan melepas kesulitan, menghilangkan bencana/kesusahan, mengisi kebutuhan, dan mengabulkan keinginan-keinginan secara mutlak hanya dipunyai Allah. Dan ini pula yang dimaksudkan penulis sholawat Nariyah, dengan rangkaian redaksi sholawat yang tidak sembrono. Hanya saja, dalam redaksi shalawat Nariyah itu diimbuhkan kata bihi yang berarti melewati perantara Rasulullah, sebagai cara bertawassul.
Bahasa Arab dan bahasa Indonesia memang mempunyai bahasa logika khas masing-masing. Oleh karena itu, analisa redaksi Arab tanpa menganalisis struktur bakunya dapat menjerumuskan untuk pemahaman yang keliru. Lebih terjerumus lagi, bila seseorang menciptakan telaah, lagipula penilaian, melulu dengan modal teks terjemahan.
Selamat Mengamalkan.
Keutamaan Sholawat
Sholawat
Bagaimana Asal Usul Sholawat Nariyah/Tafrijiyyah/Kamilah
Karena sholawat ini lebih dikenal dengan sebutan sholawat Tafrijiyah, itu artinya melapangkan kesulitan. Sebagian ulama menamakannya sholawat Taziyyah lkarena dinisbatkan untuk penyusun shalawat tersebut, yaitu Syech Abu Ishaq Ibrahim atTaziy.
Sebagian lainnya menamakannya sholawat Kamilah, dengan kata lain yang sempurna, penamaan ini dilansir dari redaksi shalawat tersebut sendiri. Pun sebagian ulama lainnya menamakannya dengan sebutan sholawat al Qurthubiyyah. Karena imam al-Qurthubiy adalah salah satu ulama banyak meriwayatkan keistimewaan akan rahasia sholawat Nariyyah ini.
Penduduk Maghribi (Maroko) menyebutnya Sholawat Nariyah, yang berarti api. Sebab sifatnya yang mustajab. Lantaran bilamana mereka hendak mendapatkan terkabulnya hajat dan terhindar dari bahaya, lantas mereka berkumpul di satu majelis , membacakan sholawat itu bersama-sama sejumlah 4444x.
Maka, mereka menemukan apa yang mereka inginkan segala hajat bakal terkabul dengan cepat sperti cepatnya kobaran api yang menghanguskan jerami.
Sholawat adalah permohonan kepada Allah Ta’ala supaya memberikan keberkahan dan keagungan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarganya, dan sahabatnya. Jika anda berdo’a dengan diawali dengan membaca sholawat, maka doa itu menjadi segera naik ke langit.
Sholawat pun menjadi tanda kerinduan seseorang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Di samping itu, membaca sholawat adalah perintah Allah Ta’ala kepada orang-orang yang beriman, sebab Allah dan semua malaikat-Nya pun melakukannya. Terdapat dalam surat Al Ahzab ayat 56.
Salah satu hadits yang paling populer yang menyarankan kita rajin untuk membaca shalawat adalah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Barangsiapa membaca sholawat untukku, Allah bakal membalasnya 10 kebaikan (rohmat), diampuni sepuluh dosanya (dosa kecil), dan ditinggikan sampai sepuluh derajat baginya.
Di dalam buku Khozinatul Asror (halaman 179) tertulis, “Salah satu sholawat yang mustajab ialah Sholawat Tafrijiyyah Qurthubiyyah, orang Maroko menyebutnya dengan Sholawat Nariyyah.
Amalan Cara Membaca Sholawat Nariyah
Lalu Bagaimana Cara Mengamalkan Membaca Sholawat Nariyah ini?
Sholawat Nariyah lebih utamanya dibaca sebanyak 4444x. Dibacanya bisa sendiri, maupun secara berjamaah.
Imam al Qurthubi menuturkan bahwa, “Siapa saja yang membaca Sholawat Nariyah secara rutin masing-masing hari sejumlah 41 kali atau 100 kali atau lebih, maka Allah akan menghilangkan kegelisahan dan kesusahannya, menghilangkan kendala dan penyakitnya, mempermudah segala urusannya, menerangi hatinya, meningikan derajatnya, membetulkan keadaannya, meluaskan rezekinya, membukakan baginya segala pintu kebaikan, dll.
Ahlul Asror menamakan sholawat Nariyah/Tafrijiyyah ini dengan nama “ مفتاح الكنز المحيط لنيل مراد العبيد “ (kunci perbendaharaan samudera untuk menggapai puncaknya seorang hamba).
Imam As Sanusi berkata: “Siapa saja yang membiasakan membaca sholawat Tafrijiyyah tiap hari sebanyak 11x, maka seolah-olah rizki dari langit turun kepadanya dan rizki dari bumi tumbuh untuknya.”
Imam Ad Dinawari mengatakan, ”Siapa saja yang membiasakan membaca Sholawat Nariyah 11x setiap selesai sholat dan ia menjadikan wiridannya, maka rizkinya tidak akan pernah putus. Siapa saja yang lazim membacanya setiap berlalu shalat shubuh sejumlah 41 kali, maka segala hajatnya bakal diijabah. Siapa saja yang lazim membacanya masing-masing hari 100 kali, maka bakal mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan segala urusan melebihi apa yang ia sangka. Siapa saja yang membiasakan membacanya masing-masing hari sejumlah 313, maka Allah bakal membukakan baginya tabir segala rahasia. Siapa saja yang lazim membacanya 1000 x, maka Allah akan menyerahkan sesuatu yang tidak dapat disifati oleh manusia, mata manusia belum pernah melihatnya, telinga insan belum pernah mendengarnya dan belum pernah terbersit dalam hati mereka.
Khazanah lainnya mengenai sholawat Nariyah ini adalah permohonan untuk Allah dengan bertawassul kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak 8x. Satu kali dengan menyebut nama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memakai isim dzohir, dan 7 kali dengan memakai isim Dhomir (kata ganti). Susunan seperti ini tidak ditemukan pada redaksi sholawat yang lainnya.
Pengarang Kitab Sirrul Asror menuliskan, “Fadhilah/keutamaan sholawat Nariyah atau shalawat Kamilah yang dibacakan di atas akan diperoleh dengan kriteria mudawamah/istiqomah/konsisten dalam membacanya.”
- Ketika dibaca masing-masing hari sejumlah 11 kali, maka rizki bakal turun dari langit dan tumbuh dari bumi. (Syech Muhammad at-Tanusi)
- Ketika dibaca setiap berlalu shalat sejumlah 11 kali, maka rizkinya tidak bakal terputus dan akan mendapat derajat yang tinggi. (Imam Ad-Dainuri)
- Ketika dibaca sesudah sholat subuh sejumlah 41 kali, maka apa yang diinginkannya bakal terwujud.
- Ketika dibaca sehari sejumlah 100x, maka harapannya bakal terwujud, bahkan lebih dari yang diangankannya.
- Ketika dibaca sehari sejumlah 313x dengan niat membuka tabir rahasia, maka ia akan menyaksikan segala urusan yang menjadi harapan-harapannya.
- Ketika dibaca masing-masing hari sejumlah 1.000x, maka baginya perkara yang tidak dapat dibayangkan oleh siapa juga (mâ lâ ain ra’at wa lâ udzun sami’at wa lâ khathr fi qalb basyar/yang tak terindera mata, tak tersiar telinga, dan tak terbesit di hati manusia).
- Kemudian di beda kesempatan, Al-Qurthubi, sebagaimana yang pun ditegaskan oleh Ibnu Hajar al-Asqolani, menyerahkan satu bilangan istimewa untuk membaca sholawat nariyah ini, yaitu sejumlah 4.444x.
Bacaan Shalawat Nariyah Lengkap Latin dan Arab
Berikut ini ialah bacaan Shalawat Nariyah beserta latin dan terjemahnya :
Shalawat Nariyah
اَللّٰهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَآمًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضٰى بِهِ الْحَوَآئِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَآئِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَّكَ
Allaahumma sholli sholaatan kaamilatan, wa sallim salaaman taamman 'alaa sayyidina Muhammadinilladzii tanhallu bihil-'uqodu wa tanfariju bihil-kurobu wa tuqdhoo bihil-hawaa'iju wa tunaalu bihir-raghooibu wa husnul-khowaatimi wa yustasqol (wa yastasqil) gomaamu bi wajhihil-kariimi wa 'alaa aalihii wa shohbihii fii kulli lamhatiw wa nafasim bi 'adadi kulli ma'luumil laka.
Artinya :
"Ya Allah, limpahkanlah sholawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, yang melaluinya semua kendala dapat terpecahkan, seluruh kesusahan bisa dilenyapkan, semua kebutuhan dapat terpenuhi, dan seluruh yang diinginkan. Serta khusnul khotimah bisa diraih, dan berkat dirinya yang mulia awan menurunkan hujannya, dan semoga pula terlimpahkan untuk keluarganya serta semua shahabatnya, di masing-masing detik dan hembusan nafas sejumlah bilangan seluruh yang diketahui oleh Engkau.
Keutamaan Membaca Sholawat Nariyah
Sholawat Nariyah/Tafrijiyah dibacakan oleh Al 'Arif billah Muhammad Haqqi Afandi An Nazili di dalam kitabnya, Khoziinatul Asror. Dinukil dari Imam Al-Qurthubi, "bahwa barang siapa yang menetapinya sebagai wirid masing-masing harinya sejumlah 141 kali atau lebih, maka akan mendapat keutamaan sebagai berikut:- Allah bakal melenyapkan kesedihan dan kedukaannya serta menghapus kendala dan bahaya yang menimpa.
- Allah akan mempermudah segala urusannya, menyerahkan cahaya untuk hatinya sampai-sampai hatinya menjadi cerah dan menyanjung martabatnya.
- Allah akan menciptakan baik keadaanya, meluaskan rezekinya, dan membukakan baginya seluruh pintu kebajikan dan kebaikan secara berlimpah.
- Suaranya didengar oleh semua pemimpin (penguasa)
- Allah mengamankannya dari bencana yang menimpa di masanya dan menyelamatkannya dari malapetaka kelaparan dan kemiskinan.
- Allah menjadikan dirinya disukai oleh seluruh orang.
- Dan tidak sekali-kali ia memohon sesuatu untuk Allah, melainkan Allah Ta'ala akan memberinya.
Bagaimana Hukum Sholawat Nariyah
Sholawat Nariyah merupakan cara tawassul kita dalam meminta kepada Allah Ta'ala melalui Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai perantaranya. Kita memohon supaya diberikan tuntunan oleh Allah Ta'ala atas masalah yang sedang kita hadapi. Yang butuh diingat ialah bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah sebagai perantara, jadi kita tetap meminta kepada Allah Ta'ala.Permasalahan itu bukanlah sebagaicara perbuatan syirik sebagaimana menurut keterangan dari para Ulama Fiqih.
Kenapa?
Karena kita memohon atau meminta sesuatu melulu kepada Allah SWT bukan untuk perantara.
Namun ada sejumlah pendapat mengenai boleh atau tidaknya anda bertawassul melewati Nabi SAW atau juga orang-orang sholeh lainnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Malik, As-Subki, Al-Karmani, An-Nawawi, Al-Qasthalani, As-Sumhudi, Ibnu al-Haj dan Ibnu al-Jazari (Mausu’ah al-Kuwaitiyah 5/22) bahwa urusan itu berlaku, baik pada waktu mereka tetap hidup di dunia ataupun telah wafat.
Sholawat Nariyah Sesat Lagi Bid'ah, Ini Bantahan Menurut Ilmu Shoraf dan Nahwu Dasar
Kita cermati dahulu teks sholawat Nariyah secara lengkap sebagai berikut:
اَللّهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَمًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِى كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
Perhatian semua penuduh sholawat Nariyah berisi kesyirikan lazimnya tertuju pada empat kalimat berurutan di bawah ini:
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Kalimat-kalimat tersebut pun dirinci kemudian diterjemahkan begini:
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ
Artinya: "Segala ikatan dan kesulitan dapat lepas sebab Nabi Muhammad."
وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ
Artinya: "Segala bencana dapat tersingkap dengan adanya Nabi Muhammad."
وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ
Artinya: "Segala kebutuhan dapat terkabulkan sebab Nabi Muhammad."
وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Artinya: "Segala keinginan dapat didapatkan dengan adanya Nabi Muhammad."
Berdasarkan keterangan dari para penuduh itu, empat kalimat tersebut penuh kesyirikan sebab secara terjemahan berisi pernyataan bahwa Nabi Muhammad memiliki keterampilan yang hanya dipunyai Allah, seperti dapat menghilangkan kesulitan, menghilangkan bencana, mengisi kebutuhan, dan mengabulkan kemauan serta doa hanyalah Allah.
Jika Sholawat Nariyah diangap syirik, ada beberapa kemungkinan:
Pertama, semua ulama pengamal sholawat tersebut tidak memahami tentang prinsip-prinsip tauhid. Ini pasti mustahil sebab mereka besar malah karena keteguhan dan keluasan ilmu mereka terhadap dasar-dasar doktrin Islam.Kedua, penulis sholawat Nariyah, termasuk semua pengikutnya, sembrono dalam mengamati redaksi tersebut sampai-sampai terjerumus untuk kesyirikan. Kemungkinan ini pun sangat kecil sebab persoalan bahasa ialah perkara teknis yang tentu telah dikuasai oleh mereka yang telah menyandang reputasi kelilmuan dan karya yang tak biasa.
Ketiga, semua penuduhlah yang justru sembrono dalam menghakimi, tanpa mengamati secara cermat dalil sholawat secara umum, termasuk pun aspek redaksional dari sholawat Nariyah itu.
Kita kaji dari sisi ilmu nahwu, empat kalimat di atas adalah shilah dari kata sambung (isim maushul) الذي yang berposisi sebagai na‘at atau menyifati kata محمّد.
Untuk menjernihkan persoalan, ayo kita cermati satu per satu kalimat tersebut.
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Pertama, تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ .
Dalam kacamata ilmu sharaf, kata تَنْحَلُّ adalahfi’il mudlari‘ dari kata انْحَلَّ. Bentuk ini mengekor wazan انْفَعَلَ yang mempunyai fungsi/faedah لمُطَاوَعَةِ فَعَلَ (dampak dari فَعَلَ). Demikian keterangan yang anda dapatkan bila anda membuka buku sharaf dasar, al-Amtsilah at-Tashrîfiyyah, karya Syekh Muhammad Ma’shum bin ‘Ali.
Contoh:
كَسَرْتُ الزُّجَاجَ فَانْكَسَرَ
“Saya memecahkan kaca maka pecahlah kaca itu.” Dengan bahasa lain, kaca tersebut pecah (انْكَسَر) karena akibat dari perbuatan subjek “saya” yang memecahkan.
Contoh lain:
حَلّ اللهُ العُقَدَ فَانْحَلَّ
“Allah sudah melepas sejumlah ikatan (kesulitan) maka lepaslah ikatan itu.” Dengan bahasa lain, ikatan-ikatan tersebut lepas sebab Allahlah yang melepaskannya.
Di sini kita mengamati bahwa wazan انْفَعَلَ mengumpamakan adanya “pelaku tersembunyi” sebab ia sekadar ekspresi akibat atau kibat dari kegiatan sebelumnya.
Kalau تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ dimaknai bahwa secara mutlak Nabi Muhammad melepas ikatan-ikatan tersebut tentu ialah kesimpulan yang keliru, sebab tambahan bihi di sini mengindikasikan pengertian perantara (wasilah). Pelaku tersembunyinya tetaplah Allah—sebagaimana fungsi لمُطَاوَعَةِ فَعَلَ.
Hal ini mengingatkan anda pada kalimat doa:
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
“Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah ikatan/kekakuan dari lidahku, agar mereka memahami perkataanku.”
Kedua, تَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ
Senada dengan keterangan di atas, تَنْفَرِجُ adalahfi’il mudlari‘ dari kata انْفَرَجَ, yang pun mengikuti wazan انْفَعَلَ. Faedahnya juga sama لمُطَاوَعَةِ فَعَلَ (dampak dari فَعَلَ).
Ketika disebutkan تَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ maka bisa diandaikan bahwa فَرَجَ اللهُ الكُرَبَ فَانْفَرَجَ. Dengan demikian, Allah-lah yang membuka atau menyingkap bencana/kesusahan, bukan Nabi Muhammad.
Ketiga, تُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ
Kata تُقْضَى ialah fi’il mudlari‘ dalam format pasif (mabni majhûl). Dalam ilmu nahwu, fi’il mabni majhul tak melafalkan fa’il karena dirasakan sudah diketahui atau sengaja disembunyikan. Kata الْحَوَائِجُ menjadi naibul fa’il (pengganti fa’il). Ini serupa saat kita menuliskan “anjing dipukul” maka kita dapat mengandaikan adanya pelaku pemukulan yang sedang disamarkan.
Dengan demikian kita dapat mengandaikan kalimat lebih menyeluruh dari rangkaian tersebut.
يَقْضِي اللهُ الْحَوَائِجَ
“Allah bakal mengabulkan kebutuhan-kebutuhan.”
Keempat, تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Penjelasan ini pun nyaris sama dengan permasalahan تُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ. Singkatnya, Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam bukan secara mutlak memiliki keterampilan memberikan keinginan-keinginan sebab Allah-lah yang melakukan urusan tersebut yang dalam kalimat itu disembunyikan. Fa’il tidak dilafalkan karena dirasakan sudah diketahui.
Alhasil, dapat dicerna bahwa tuduhan syirik atas kalimat-kalimat tersebut sesungguhnya keliru. Sebab, keterampilan melepas kesulitan, menghilangkan bencana/kesusahan, mengisi kebutuhan, dan mengabulkan keinginan-keinginan secara mutlak hanya dipunyai Allah. Dan ini pula yang dimaksudkan penulis sholawat Nariyah, dengan rangkaian redaksi sholawat yang tidak sembrono. Hanya saja, dalam redaksi shalawat Nariyah itu diimbuhkan kata bihi yang berarti melewati perantara Rasulullah, sebagai cara bertawassul.
Bahasa Arab dan bahasa Indonesia memang mempunyai bahasa logika khas masing-masing. Oleh karena itu, analisa redaksi Arab tanpa menganalisis struktur bakunya dapat menjerumuskan untuk pemahaman yang keliru. Lebih terjerumus lagi, bila seseorang menciptakan telaah, lagipula penilaian, melulu dengan modal teks terjemahan.
Demikianlah tentang Bacaan Sholawat Nariyah Lengkap Manfaat Keutamaan Arab dan Latin. Semoga dapat bermanfaat.
Perlu diingat ialah jangan terlalu menggali informasi agama melewati internet, dan kalaupun sudah menggali maka usahakanlah untuk di crosscheck atau dijamin lagi kebenarannya kepada guru ngaji Anda.
Selamat Mengamalkan.