Di kalangan semua sufi, siapa yang tak kenal dengan Uwais Al Qarni. Beliau hidup di zaman Nabi Muhammad saw, namun tidak dikataka "Sahabat". Ia bermukim di negeri Yaman. Beliau dikenal sebagai seorang yang ta’at dan berbakti untuk kedua orang tua, dan kehidupannya yang amat simpel dan zuhud yang sejati.
Uwais lahir di suatu desa terpencil mempunyai nama Qaran di sekitar Nejed, Yaman. Ayahnya mempunyai nama Amir ibn Juz ibn Muraad al-Qairani dan sudah meninggal dunia. Kecuali ibunya, Uwais tidak memiliki sanak famili sama sekali
Beliau pun dikenal sebagai orang sufi yang memiliki ilmu kebersihan diri yang amat spektakuler yang dicurahkan Allah SWT kepadanya.
Uwais Al Qarni adalah seorang yang masyhur fakir, hidupnya paling miskin. Uwais Al Qarni ialah seorang anak yatim. Bapaknya telah lama meninggal dunia. Ia hidup bareng ibunya yang sudah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya sudah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi memiliki sanak famili sama sekali.
Rasulullah Saw. melanjutkan penjelasannya mengenai sifat Uwais al-Qarni.
Beliau bersabda, ”Wahai Abu Hurairah ! Sesungguhnya Allah menyukai dari makhluk-makhluk-Nya yang bersih hatinya, yang tersembunyi, yang baik-baik, rambutnya acak-acakan, wajahnya berdebu, yang kosong perutnya kecuali dari hasil kegiatan yang halal, orang-orang yang bilamana meminta izin untuk para penguasa maka tidak diizinkan, andai melamar wanita-wanita yang menawan maka mereka tidak inginkan menikah.
Jika tidak terdapat mereka tidak dicari. Ketika hadir, mereka tidak diundang. Jika muncul, kemunculannya tidak disikapi dengan kegembiraan. Apabila sakit, mereka tidak dijenguk. Dan andai mati, tidak dihadiri proses pemakamannya.”
Para kawan bertanya,”Bagaimana aku dan engkau bisa menjadi bagian dari mereka ?”
Rasul menjawab,”Orang itu ialah Uwais al-Qarni.”
Para kawan bertanya,”Bagaimana ciri-ciri orang yang mempunyai nama Uwais al-Qarni ?”
Rasul menjawab,”Seorang yang warna bola matanya bercampur, memiliki warna kekuning-kuningan, berbahu lebar, berbadan tegap, warna kulitnya terang, dagunya sejajar dengan dadanya, menundukkan dagunya ketempat sujudnya, menempatkan tangan kanannya diatas tangan kirinya, menyimak al-Qur’an kemudian menangis, mengenakan sarung dari wol, pakaian atasnya dari wol, tidak dikenal penghuni bumi, familiar dikalangan penghuni langit, bilamana bersumpah atas nama Allah maka ia pasti mengisi sumpahnya.
Sungguh di bawah bahu kirinya terdapat cahaya berwarna putih. Sungguh, saat hari kiamat diperintahkan untuk para hamba, ”Masuklah kalian ke dalam surga”.
Dan disebutkan kepada Uwais, ”Berhentilah ! Berilah syafaat !” kemudian Allah menyerahkan hak syafaat kepadanya untuk membantu sejumlah orang dari suku Rabi’ah dan Mudhar (dua kabilah bangsa Arab).
Wahai Umar, wahai Ali ! Apabila kalian berdua bertemu dengannya, maka mintalah kepadanya supaya kiranya ia memintakan ampunan guna kalian, maka Allah akan memaafkan kalian berdua.”
Para berpengalaman sejarah tidak mengisahkan tanggal dan tahun berapa beliau dilahirkan. Walaupun Uwais hidup sezaman dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, namun beliau tidak pernah menyaksikan Rasulullah secara langsung disebabkan beliau mesti selalu mengawal ibunya yang telah tua.
Setelah sholat Maghrib, beliau menantikan waktu Isya', lantas shalat Isya'. Selesai shalat Isya', beliau menggarap shalat sampai menjelang Subuh. Setelah shalat Subuh, beliau duduk dan tanpa sengaja tertidur.
Tiba-tiba saja beliau terbangun. Ketika tersebut aku mendengar dia berkata, 'Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mata yang senang tidur, dan perut yang tidak merasa kenyang.'" (az Zuhdul Awa'il, Musthofa Hilmi, 84).
Uwais ibnu Amir al Qarni rahimahullah ialah Tabi'in terbaik sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda, "Sebaik-baik Tabi'in ialah seorang yang dinamakan dengan Uwais dan ia mempunyai seorang ibu dan pun punya penyakit kusta; maka mintalah kepadanya supaya ia memohonkan ampunan untuk Allah guna kalian." (Shahih Muslim, juz IV: 1968; Musnad Ahmad, juz I: 38).
Berkata Imam Nawawi rahimahullah, "Ini jelas mengindikasikan bahwa Uwais ialah Tabi'in terbaik, barangkali saja disebutkan 'Imam Ahmad dan semua imam yang lainnya menuliskan bahwa Sa'id ibn al-Musayyib ialah Tabi'in terbaik', maka jawabannya, maksud mereka ialah Sa'id ibn al-Musayyib ialah Tabi'in terbaik dalam sisi ilmu syari'at laksana tafsir, hadits, fiqh, dan yang sepertinya dan bukan pada keafdhalan di sisi Allah." (al-Minhaj [XVI/95]).
Berkaitan dengan diri Uwais al-Qarni rahimahullah inilah, dalam suatu riwayat yang berasal dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dilafalkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Iman terdapat di Yaman dan hikmah juga ada di Yaman (dalam riwayat beda ada tambahan: dan aku cium nafas ar-Rahman dari arah Yaman, atau, dan aku cium nafas Tuhanmu dari arah Yaman)." (Shahih al-Bukhari, III: 1289; Shahih Muslim, I: 72 dan Shahih Ibn Hibban, XVI: 288).
Nafas ar-Rahman yang dimaksudkan dalam hadits tersebut ialah Uwais al Qarni. Dia ialah wali Allah yang sangat besar pada masanya, disembunyikan oleh Allah di tengah-tengah rakyat jelata sampai-sampai orang-orang tidak mengetahuinya dan bahkan tidak jarang mengejeknya.
"Dia berasal dariku dan aku berasal darinya," sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (al-Firdaus bi Ma'tsur al-Khithab, juz I: 113).
Ungkapan Rasul ini menunjukkan untuk hubungan spiritual antara Uwais al Qorni rahimahullah dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meskipun ia belum pernah bertemu dengan beliau.
Uwais di sisi Allah memiliki status yang tinggi dan urusan yang mengakibatkan ini sebagaimana yang dilafalkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ialah ia mempunyai seorang ibu yang ia berbakti untuk ibunya tersebut.
Sikapnya yang berbakti untuk ibunya menjadikannya seorang yang dikabulkan do'anya. Nabi tidak melafalkan amalan beda yang dilaksanakan oleh Uwais kecuali sesungguhnya ia berbakti untuk ibunya. Hal ini mengindikasikan sikapnya yang berbakti untuk ibunya adalahsalah satu karena utama yang menjadikannya menjadi Tabi'in yang terbaik.
Wallahu a'lam bish-shawab.
بسم الله الرحمن الرحيم. الحمد لله رب العالمين
اللهم صل على سيدنا محمد قمر الوجود في هذا اليوم وفي كلّ يوم وفى اليوم الموعود سر و جهرا في الدنيا و الآخرة و على اله وصحبه و سلم.
"AKU AKAN MEMBELIMU; MASAMU; NAFASMU; HARTAMU; HIDUPMU. HABISKAN SEMUA ITU KEPADA-KU. PALINGKAN SEMUA ITU KEPADA-KU, DAN - KU-BAYAR DENGAN KEBEBASAN, KEAGUNGAN, DAN KEARIFAN ILLAHIAH. ITULAH HARGAMU DI MATA-KU.
[PETIKAN PUISI MAULANA JALALUDDIN RUMI, 1207-1273]"
"Tentang ahwal (keadaan-keadaan) dan maqomat (tahap-tahap), tahap-tahap sebagai hasil usaha si pencari. Sebaliknya, keadaan-keadaan datang sendiri ke hati; si penerima tidak berniat mendapatkannya. “Keadaan-keadaan diserahkan (oleh Tuhan);Kembalilah Kepada Allah Larilah MenujuNya ,Bertaubatlah dengan kadar segera dan perbanyakkanlah berselawat untuk junjungan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Kisah Wali Tokoh
Uwais lahir di suatu desa terpencil mempunyai nama Qaran di sekitar Nejed, Yaman. Ayahnya mempunyai nama Amir ibn Juz ibn Muraad al-Qairani dan sudah meninggal dunia. Kecuali ibunya, Uwais tidak memiliki sanak famili sama sekali
Beliau pun dikenal sebagai orang sufi yang memiliki ilmu kebersihan diri yang amat spektakuler yang dicurahkan Allah SWT kepadanya.
Uwais Al Qarni adalah seorang yang masyhur fakir, hidupnya paling miskin. Uwais Al Qarni ialah seorang anak yatim. Bapaknya telah lama meninggal dunia. Ia hidup bareng ibunya yang sudah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya sudah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi memiliki sanak famili sama sekali.
Rasulullah Saw. melanjutkan penjelasannya mengenai sifat Uwais al-Qarni.
Beliau bersabda, ”Wahai Abu Hurairah ! Sesungguhnya Allah menyukai dari makhluk-makhluk-Nya yang bersih hatinya, yang tersembunyi, yang baik-baik, rambutnya acak-acakan, wajahnya berdebu, yang kosong perutnya kecuali dari hasil kegiatan yang halal, orang-orang yang bilamana meminta izin untuk para penguasa maka tidak diizinkan, andai melamar wanita-wanita yang menawan maka mereka tidak inginkan menikah.
Jika tidak terdapat mereka tidak dicari. Ketika hadir, mereka tidak diundang. Jika muncul, kemunculannya tidak disikapi dengan kegembiraan. Apabila sakit, mereka tidak dijenguk. Dan andai mati, tidak dihadiri proses pemakamannya.”
Para kawan bertanya,”Bagaimana aku dan engkau bisa menjadi bagian dari mereka ?”
Rasul menjawab,”Orang itu ialah Uwais al-Qarni.”
Para kawan bertanya,”Bagaimana ciri-ciri orang yang mempunyai nama Uwais al-Qarni ?”
Rasul menjawab,”Seorang yang warna bola matanya bercampur, memiliki warna kekuning-kuningan, berbahu lebar, berbadan tegap, warna kulitnya terang, dagunya sejajar dengan dadanya, menundukkan dagunya ketempat sujudnya, menempatkan tangan kanannya diatas tangan kirinya, menyimak al-Qur’an kemudian menangis, mengenakan sarung dari wol, pakaian atasnya dari wol, tidak dikenal penghuni bumi, familiar dikalangan penghuni langit, bilamana bersumpah atas nama Allah maka ia pasti mengisi sumpahnya.
Sungguh di bawah bahu kirinya terdapat cahaya berwarna putih. Sungguh, saat hari kiamat diperintahkan untuk para hamba, ”Masuklah kalian ke dalam surga”.
Dan disebutkan kepada Uwais, ”Berhentilah ! Berilah syafaat !” kemudian Allah menyerahkan hak syafaat kepadanya untuk membantu sejumlah orang dari suku Rabi’ah dan Mudhar (dua kabilah bangsa Arab).
Wahai Umar, wahai Ali ! Apabila kalian berdua bertemu dengannya, maka mintalah kepadanya supaya kiranya ia memintakan ampunan guna kalian, maka Allah akan memaafkan kalian berdua.”
Para berpengalaman sejarah tidak mengisahkan tanggal dan tahun berapa beliau dilahirkan. Walaupun Uwais hidup sezaman dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, namun beliau tidak pernah menyaksikan Rasulullah secara langsung disebabkan beliau mesti selalu mengawal ibunya yang telah tua.
√ Keutamaan Pribadi Uwais al Qarni
Robi' ibnu Khutsaim berkata, "Aku pergi ke tempat Uwais al Qarni. Aku mendapati beliau sedang duduk sesudah selesai membayar shalat Subuh. Aku berbicara (pada diriku), "Aku tidak bakal mengganggunya dari bertasbih. Setelah masuk masa-masa Dzuhur, beliau menggarap shalat Dzuhur, dan begitu masuk masa-masa Ashar, beliau shalat Ashar. Selesai shalat Ashar, beliau duduk seraya berdzikir sampai tiba masa-masa Maghrib.Setelah sholat Maghrib, beliau menantikan waktu Isya', lantas shalat Isya'. Selesai shalat Isya', beliau menggarap shalat sampai menjelang Subuh. Setelah shalat Subuh, beliau duduk dan tanpa sengaja tertidur.
Tiba-tiba saja beliau terbangun. Ketika tersebut aku mendengar dia berkata, 'Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mata yang senang tidur, dan perut yang tidak merasa kenyang.'" (az Zuhdul Awa'il, Musthofa Hilmi, 84).
√ Uwais al Qorni adalah Tabi'in Terbaik
Uwais ibnu Amir al Qarni rahimahullah ialah Tabi'in terbaik sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda, "Sebaik-baik Tabi'in ialah seorang yang dinamakan dengan Uwais dan ia mempunyai seorang ibu dan pun punya penyakit kusta; maka mintalah kepadanya supaya ia memohonkan ampunan untuk Allah guna kalian." (Shahih Muslim, juz IV: 1968; Musnad Ahmad, juz I: 38).
Berkata Imam Nawawi rahimahullah, "Ini jelas mengindikasikan bahwa Uwais ialah Tabi'in terbaik, barangkali saja disebutkan 'Imam Ahmad dan semua imam yang lainnya menuliskan bahwa Sa'id ibn al-Musayyib ialah Tabi'in terbaik', maka jawabannya, maksud mereka ialah Sa'id ibn al-Musayyib ialah Tabi'in terbaik dalam sisi ilmu syari'at laksana tafsir, hadits, fiqh, dan yang sepertinya dan bukan pada keafdhalan di sisi Allah." (al-Minhaj [XVI/95]).
Berkaitan dengan diri Uwais al-Qarni rahimahullah inilah, dalam suatu riwayat yang berasal dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dilafalkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Iman terdapat di Yaman dan hikmah juga ada di Yaman (dalam riwayat beda ada tambahan: dan aku cium nafas ar-Rahman dari arah Yaman, atau, dan aku cium nafas Tuhanmu dari arah Yaman)." (Shahih al-Bukhari, III: 1289; Shahih Muslim, I: 72 dan Shahih Ibn Hibban, XVI: 288).
Nafas ar-Rahman yang dimaksudkan dalam hadits tersebut ialah Uwais al Qarni. Dia ialah wali Allah yang sangat besar pada masanya, disembunyikan oleh Allah di tengah-tengah rakyat jelata sampai-sampai orang-orang tidak mengetahuinya dan bahkan tidak jarang mengejeknya.
"Dia berasal dariku dan aku berasal darinya," sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (al-Firdaus bi Ma'tsur al-Khithab, juz I: 113).
Ungkapan Rasul ini menunjukkan untuk hubungan spiritual antara Uwais al Qorni rahimahullah dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meskipun ia belum pernah bertemu dengan beliau.
Uwais di sisi Allah memiliki status yang tinggi dan urusan yang mengakibatkan ini sebagaimana yang dilafalkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ialah ia mempunyai seorang ibu yang ia berbakti untuk ibunya tersebut.
Sikapnya yang berbakti untuk ibunya menjadikannya seorang yang dikabulkan do'anya. Nabi tidak melafalkan amalan beda yang dilaksanakan oleh Uwais kecuali sesungguhnya ia berbakti untuk ibunya. Hal ini mengindikasikan sikapnya yang berbakti untuk ibunya adalahsalah satu karena utama yang menjadikannya menjadi Tabi'in yang terbaik.
Wallahu a'lam bish-shawab.
بسم الله الرحمن الرحيم. الحمد لله رب العالمين
اللهم صل على سيدنا محمد قمر الوجود في هذا اليوم وفي كلّ يوم وفى اليوم الموعود سر و جهرا في الدنيا و الآخرة و على اله وصحبه و سلم.
"AKU AKAN MEMBELIMU; MASAMU; NAFASMU; HARTAMU; HIDUPMU. HABISKAN SEMUA ITU KEPADA-KU. PALINGKAN SEMUA ITU KEPADA-KU, DAN - KU-BAYAR DENGAN KEBEBASAN, KEAGUNGAN, DAN KEARIFAN ILLAHIAH. ITULAH HARGAMU DI MATA-KU.
[PETIKAN PUISI MAULANA JALALUDDIN RUMI, 1207-1273]"
"Tentang ahwal (keadaan-keadaan) dan maqomat (tahap-tahap), tahap-tahap sebagai hasil usaha si pencari. Sebaliknya, keadaan-keadaan datang sendiri ke hati; si penerima tidak berniat mendapatkannya. “Keadaan-keadaan diserahkan (oleh Tuhan);Kembalilah Kepada Allah Larilah MenujuNya ,Bertaubatlah dengan kadar segera dan perbanyakkanlah berselawat untuk junjungan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Kisah Wali Tokoh