SANTRIMANDIRI.NET - Kemarin, 27-28 Juni, saya membersamai Prof Aziz Fahrurozi, MA, Guru Besar Bahasa Arab Uin Syarif Hidayatullah Jakarta di Institut Agama Islam Cipasung Tasikmalaya. Saya berkesempatan menyupiri beliau dan pastinya mendapat banyak ilmu dari kelas beliau yang hanya setahun sekali.
Sekitar usia 11 tahun juga, saya sering diajak Al Mukarrom Abah Yai Taufiqul Hakim untuk keliling Seminar Amtsilati dan pada usia 23 tahun lalu, ketika mengamalkan Amtsilati di Garut, kami mengundang beliau mewisuda santri2 Amtsilati Garut.
Membersamai tokoh tokoh besar adalah sesuatu yang langka. Tingkat kesuksesan kita akan semakin meningkat 90% jika terus menerus di sekeliling mereka. Usahakan kerjasama dengan mereka, serap ilmunya, dan praktekan.
Ketika kuliah kemarin, tentang Turuqut Tadris, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, kami dicerahkan terhadap situasi Pendidikan Bahasa Arab masyarakat Indonesia yang memprihatinkan. Saya semakin bersemangat menyimak penjelasan Prof Aziz itu.
Tanpa dinyana, di tengah persentasi professor, saya selalu teringat dengan perjuangan Abah Yai Taufiq. Bagaimana beliau menjadi Mujaddid dalam Pendidikan Pesantren dan Bahasa Arab.
Teori teori efesiansi atau penyederhanaan materi, metodologi, dan manajemen lembaga dan pembelajaran yang Prof jelaskan begitu KLOP dan sudah TERAPLIKASI dalam Program Amtsilati.
Ketika ia jelaskan tentang Bahasa Arab Indonesia yang kurang cepat dan bertele tele, AMTSILATI menjadi yang terdepan dalam percepatan dan efektivitas pembelajaran. Intinya, keprihatinan pendidikan Bahasa Arab di Pesantren maupun lembaga formal bisa dijawab dengan AMTSILATI. 17 tahun yang lalu.
Baru saya tambah ngeh, bahwa Abah Yai Taufiqul Hakim juga adalah seorang Profesor yang hakiki. Memadukan riyadloh dan ilmu. Mempraktekan teori pendidikan kekinian. Membuat wadah sendiri dan produktifitas yang istiqomah.
Kalau ada di atasnya tingkat Professor, mungkin saya bisa menyebutnya itu. Namun beliau lepas dari gelar gelar itu. Beliau mencari yang esensi dan hakiki. Sejatinya, manusianya itu harus terus BELAJAR dan BERKARYA. KAPANPUN dan DIMANAPUN.
Untuk guru-guru saya, sahabat-sahabat, doakan saya, sekali lagi doakan, agar saya terus mendapat energi positif dari Allah di tengah bertambahnya usia. 24 tahun ini.
Al Faqir,
Sabiq Al-Aulia Zulfa
29 Juni 1995 - 29 Juni 2019 Amtsilati Santri Menulis
Sekitar usia 11 tahun juga, saya sering diajak Al Mukarrom Abah Yai Taufiqul Hakim untuk keliling Seminar Amtsilati dan pada usia 23 tahun lalu, ketika mengamalkan Amtsilati di Garut, kami mengundang beliau mewisuda santri2 Amtsilati Garut.
Membersamai tokoh tokoh besar adalah sesuatu yang langka. Tingkat kesuksesan kita akan semakin meningkat 90% jika terus menerus di sekeliling mereka. Usahakan kerjasama dengan mereka, serap ilmunya, dan praktekan.
Ketika kuliah kemarin, tentang Turuqut Tadris, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, kami dicerahkan terhadap situasi Pendidikan Bahasa Arab masyarakat Indonesia yang memprihatinkan. Saya semakin bersemangat menyimak penjelasan Prof Aziz itu.
Tanpa dinyana, di tengah persentasi professor, saya selalu teringat dengan perjuangan Abah Yai Taufiq. Bagaimana beliau menjadi Mujaddid dalam Pendidikan Pesantren dan Bahasa Arab.
Teori teori efesiansi atau penyederhanaan materi, metodologi, dan manajemen lembaga dan pembelajaran yang Prof jelaskan begitu KLOP dan sudah TERAPLIKASI dalam Program Amtsilati.
Ketika ia jelaskan tentang Bahasa Arab Indonesia yang kurang cepat dan bertele tele, AMTSILATI menjadi yang terdepan dalam percepatan dan efektivitas pembelajaran. Intinya, keprihatinan pendidikan Bahasa Arab di Pesantren maupun lembaga formal bisa dijawab dengan AMTSILATI. 17 tahun yang lalu.
Baru saya tambah ngeh, bahwa Abah Yai Taufiqul Hakim juga adalah seorang Profesor yang hakiki. Memadukan riyadloh dan ilmu. Mempraktekan teori pendidikan kekinian. Membuat wadah sendiri dan produktifitas yang istiqomah.
Kalau ada di atasnya tingkat Professor, mungkin saya bisa menyebutnya itu. Namun beliau lepas dari gelar gelar itu. Beliau mencari yang esensi dan hakiki. Sejatinya, manusianya itu harus terus BELAJAR dan BERKARYA. KAPANPUN dan DIMANAPUN.
Untuk guru-guru saya, sahabat-sahabat, doakan saya, sekali lagi doakan, agar saya terus mendapat energi positif dari Allah di tengah bertambahnya usia. 24 tahun ini.
Al Faqir,
Sabiq Al-Aulia Zulfa
29 Juni 1995 - 29 Juni 2019 Amtsilati Santri Menulis