SANTRIMANDIRI.NET - Ada satu problem yang dirasakan oleh para Alumnus Pesantren dimanapun ketika ia berkiprah di masyarakat. Problem itu adalah kegalauan merasa KURANG ILMU. Meskipun ia sudah mempelajari banyak Fan Ilmu Pesantren, ketika ia mempraktekan ilmunya seakan Ia merasa HAUS ILMU. Ada ketidakpercayaan diri dalam mengamalkan ilmunya.
Sehingga ada keinginan kembali mesantren atau kuliah dalam satu lingkungan yang khusus. Ia bisa fokus belajar tanpa ada gangguan problem masyarakat yang ia tinggali. Memang enak ya melihat teman-teman atau adik adik kita belajar di Pesantren. Sedangkan kita dituntut untuk mandiri dan memiliki peran di masyarakat.
Kalau dalam pandangan saya, ketika kita sudah keluar dari pesantren, ada beberapa Poin yang perlu direnungkan dulu sebelum melangkah menuju sebuah tujuan. Tentu kiprah Alumnus Pesantren satu dengan yang lainnya akan berbeda. Perbedaan ini terjadi karena setiap situasi sosial Alumnus Pesantren berbeda.
Tidak semua santri dicetak menjadi Kyai atau Mubaligh. Namun semua santri dicetak menjadi Dai/Daiyah. Ruh Dakwah ini yang harus ditanamkan dan diinstal dalam setiap sanubari santri, apapun profesinya.
Menjadi Kyai atau Ustadz yang BERDAKWAH.
Menjadi Wirausaha yang BERDAKWAH.
Menjadi
Penulis Buku,
Dosen,
Guru Sekolah atau Madrasah,
Mahasiswa,
Pedagang,
Supir,
Mudin,
PNS,
Seniman,
Pekerja Profesional yang BERDAKWAH.
Aktivitas dan Profesi di Masyarakat sangat luas sekali. Maka Ilmu yang Praktis dan Aplikatif perlu kita miliki. Ini yang dinamakan Ilmu HAL sebagai sebaiknya baiknya Ilmu. Ilmu Aplikatif yang menjadi solusi atas berbagai Problematika masyarakat.
Kita banyak melihat orang orang yang berhasil di masyarakat, mereka tidak lama-lama mesantrennya, bahkan tidak mesantren juga, di sisi lain kita juga melihat ada yang tahunan mesantren, namun ketika di masyarakat ia tak menjadi apa apa.
Mungkin banyak ilmu yang kita Miliki itu belum benar-benar kita SYUKURI DAN AMALKAN SECARA IKHLAS. Mungkin kita belum menemukan TITIK TEMU antara Ilmu kita yang bisa DIPRAKTEKAN dengan Problem Masyarakat.
Lebih mudahnya, Kita bisa menyesuaikan Ilmu yang kita KUASAI itu membantu problem masyarakat sekitar. Apapun ilmunya. Apabila ada satu problem masyarakat yang belum bisa kita PECAHKAN, kita bisa BELAJAR mendalami Ilmu Aplikatifnya dengan para AHLI. Apa itu problem EKONOMI, BUDAYA ATAU PENDIDIKAN.
Hidup di masyarakat menuntut kita CERDAS untuk memilih LINGKUNGAN dan menemukan SAHABAT YANG CERDAS menemani kita Belajar. Belajar dengan cara apapun.
Semoga, Anda bisa memahami maksud saya...
Sabiq Al-Aulia Zulfa,
Penulis Buku Best Seller 2020
Koordinator Amtsilati Garut Amtsilati Santri Menulis
Sehingga ada keinginan kembali mesantren atau kuliah dalam satu lingkungan yang khusus. Ia bisa fokus belajar tanpa ada gangguan problem masyarakat yang ia tinggali. Memang enak ya melihat teman-teman atau adik adik kita belajar di Pesantren. Sedangkan kita dituntut untuk mandiri dan memiliki peran di masyarakat.
Kalau dalam pandangan saya, ketika kita sudah keluar dari pesantren, ada beberapa Poin yang perlu direnungkan dulu sebelum melangkah menuju sebuah tujuan. Tentu kiprah Alumnus Pesantren satu dengan yang lainnya akan berbeda. Perbedaan ini terjadi karena setiap situasi sosial Alumnus Pesantren berbeda.
Tidak semua santri dicetak menjadi Kyai atau Mubaligh. Namun semua santri dicetak menjadi Dai/Daiyah. Ruh Dakwah ini yang harus ditanamkan dan diinstal dalam setiap sanubari santri, apapun profesinya.
Menjadi Kyai atau Ustadz yang BERDAKWAH.
Menjadi Wirausaha yang BERDAKWAH.
Menjadi
Penulis Buku,
Dosen,
Guru Sekolah atau Madrasah,
Mahasiswa,
Pedagang,
Supir,
Mudin,
PNS,
Seniman,
Pekerja Profesional yang BERDAKWAH.
Aktivitas dan Profesi di Masyarakat sangat luas sekali. Maka Ilmu yang Praktis dan Aplikatif perlu kita miliki. Ini yang dinamakan Ilmu HAL sebagai sebaiknya baiknya Ilmu. Ilmu Aplikatif yang menjadi solusi atas berbagai Problematika masyarakat.
Kita banyak melihat orang orang yang berhasil di masyarakat, mereka tidak lama-lama mesantrennya, bahkan tidak mesantren juga, di sisi lain kita juga melihat ada yang tahunan mesantren, namun ketika di masyarakat ia tak menjadi apa apa.
Mungkin banyak ilmu yang kita Miliki itu belum benar-benar kita SYUKURI DAN AMALKAN SECARA IKHLAS. Mungkin kita belum menemukan TITIK TEMU antara Ilmu kita yang bisa DIPRAKTEKAN dengan Problem Masyarakat.
Lebih mudahnya, Kita bisa menyesuaikan Ilmu yang kita KUASAI itu membantu problem masyarakat sekitar. Apapun ilmunya. Apabila ada satu problem masyarakat yang belum bisa kita PECAHKAN, kita bisa BELAJAR mendalami Ilmu Aplikatifnya dengan para AHLI. Apa itu problem EKONOMI, BUDAYA ATAU PENDIDIKAN.
Hidup di masyarakat menuntut kita CERDAS untuk memilih LINGKUNGAN dan menemukan SAHABAT YANG CERDAS menemani kita Belajar. Belajar dengan cara apapun.
Semoga, Anda bisa memahami maksud saya...
Sabiq Al-Aulia Zulfa,
Penulis Buku Best Seller 2020
Koordinator Amtsilati Garut Amtsilati Santri Menulis