SANTRIMANDIRI.NET - Baru saja saya mempersentasikan Amtsilati di hadapan keluarga Universitas Garut termasuk Rektor, Dosen dan pihak penting dalam kebijakan program universitas.
Cerita awalnya, Universitas Garut memiliki rusunawa (semacam asrama) yang ditinggali oleh mahasiswa universitas. Namun belum terkelola dengan baik dan total. Disitulah terbetik Pesantren Luhur atau Pesantren Mahasiswa agar Rusunawa bisa teroptimasi. Kisah Rektor Universitas Garut, Bapak Abdul Syakur.
Saya sebagai santri yang mahasiswa agak sedikit gugup berhadapan dan berkomunikasi kepada para pakar pendidikan Universitas Garut itu. Saya harus memilah kata, kalimat dan istilah yang pas. Poin yang disampaikan harus memuat visi dan gagasan besar sedikit agak mendetail.
Disinilah kemampuan dan modal kosa kata kita diuji. Gagasan pemikiran yang ditujukan kepada Rektor, Dosen, Ustadz, Mahasiswa atau santri memiliki istilah berbeda. Belum lagi variasi usia pendengar membuat kita lebih ekstra dalam menyampaikan gagasan.
Makanya perlu ada forum forum khusus dengan keseragam latar dan usia agar tujuan komunikasi lebih terarah. Disini, saya sangat Salut dengan gaya komunikasi Mbah Emha Ainun Najib (Caknun). Beliau bisa memposisikan komunikasi yang efektif untuk latar belakang dan usia yang bervariasi dalam satu forum. Lihatlah majelis Maiyah yang begitu damai dan menyenangkan.
Alhamdulillah bekal pengalaman berdiskusi dengan antar mahasiswa dan dosen di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang menjadikan saya lebih percaya diri. Pengalaman di Jawa Timur dan seringnya bersilaturahim dengan berbagai macam latar belakang membuat saya lebih UTUH dalam mempersentasikan Amtsilati.
Menyampaikan Amtsilati jangan hanya melihat dari sudut pandang bagaimana kita mengajar di Pesantren atau Madrasah. Belajar Nahwu jangan untuk Nahwu. Belajar Sharaf jangan hanya untuk sharaf. Namun utamakan Gagasan Besar dari Amtsilati. Yaitu, memahami Al Quran dan Kitab Kuning.
Tentu metodologi dalam BER-AMTSILATI di Madrasah, Pesantren dan Perguruan Tinggi memiliki corak yang berbeda. Kita bisa saja menduplikasi sistem dan manajemen Amtsilati Pusat ke Pesantren Pesantren lain. Namun belum tentu cocok untuk Madrasah Diniyah Sore atau Perguruan tinggi yang notabene pembelajarnya bervariasi.
Disini saya menawarkan manajemen ke-Amtsilati-an menjadi DUA KATEGORI.
1. MANAJEMEN TOTAL
Manajemen Amtsilati total agar bisa berjalan sukses Selengkapnya dimuat di Postingan sebelumnya. Ada 7 Faktor Keberhasilan Amtsilati yang perlu terpenuhi oleh setiap elemen lembaga. Manajemen ini bisa diterapkan di Lembaga yang siap memberikan alokasi waktu maksimal terhadap Amtsilati seperti Pondok Pesantren.
2. MANAJEMEN SITUSIONAL
Manajemen SITUSIONAL, menurut saya, belum banyak diterapkan oleh banyak Alumni. Penguasaan Materi dan tujuan pembelajaran perlu dimiliki para Muaalim Amtsilati. Kompetensi itu diantaranya CERDAS untuk Mengambil materi PRIORITAS dari Amtsilati, cara penyampaian materi yang efektif disertai pengayaan Praktek Bacaan Kitab Kuning.
Jika hal ini dikuasai, maka problem alokasi waktu terbatas akan TERPECAHKAN. Sebenarnya kelebihan Amtsilati dengan penghafalan Nadlom Alfiyah bisa relatif dilewati dulu. Agar Akselerasi materi Amtsilati bisa segera selesai dan pembelajar bisa cepat Praktek dalam memahami Ilmu Agama Islam Praktis lain.
Karena tidak semua pembelajar dalam Manajemen ini, dicetak menjadi Mubalig/Kyai/Ustadz. Manajemen ini diterapkan untuk para pembelajar dengan berbagai jurusan Umum. Kita renungkan, apakah Mahasiswa Jurusan Ekonomi, Fisika, Matematika atau jurusan umum lain DIHARUSKAN menghafal Nadlom Alfiyah. Justru dengan adanya beban Hafalan itu membuat pelambatan dalam penyelesaian Materi Amtsilati.
Di sisi lain, Kurikulum Amtsilati harus disandingkan dengan Materi Agama Aplikatif lainnya seperti Fiqh, Ushul Fiqh, Hadits, Ulum Quran dan Akhlak. Disini, materi Amtsilati menjadi UTUH dalam mempersiapkan generasi Mahasiswa yang Tangguh dan Faham terhadap kitab sucinya.
Sehingga mahasiswa membawa bekal BISMILLAH untuk bermasyarakat. Menjadi Alumnus yang bermanfaat dan mensolihkan.
Al Faqir,
Sabiq Al-Aulia Zulfa Amtsilati Santri Menulis
Cerita awalnya, Universitas Garut memiliki rusunawa (semacam asrama) yang ditinggali oleh mahasiswa universitas. Namun belum terkelola dengan baik dan total. Disitulah terbetik Pesantren Luhur atau Pesantren Mahasiswa agar Rusunawa bisa teroptimasi. Kisah Rektor Universitas Garut, Bapak Abdul Syakur.
Saya sebagai santri yang mahasiswa agak sedikit gugup berhadapan dan berkomunikasi kepada para pakar pendidikan Universitas Garut itu. Saya harus memilah kata, kalimat dan istilah yang pas. Poin yang disampaikan harus memuat visi dan gagasan besar sedikit agak mendetail.
Disinilah kemampuan dan modal kosa kata kita diuji. Gagasan pemikiran yang ditujukan kepada Rektor, Dosen, Ustadz, Mahasiswa atau santri memiliki istilah berbeda. Belum lagi variasi usia pendengar membuat kita lebih ekstra dalam menyampaikan gagasan.
Makanya perlu ada forum forum khusus dengan keseragam latar dan usia agar tujuan komunikasi lebih terarah. Disini, saya sangat Salut dengan gaya komunikasi Mbah Emha Ainun Najib (Caknun). Beliau bisa memposisikan komunikasi yang efektif untuk latar belakang dan usia yang bervariasi dalam satu forum. Lihatlah majelis Maiyah yang begitu damai dan menyenangkan.
Alhamdulillah bekal pengalaman berdiskusi dengan antar mahasiswa dan dosen di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang menjadikan saya lebih percaya diri. Pengalaman di Jawa Timur dan seringnya bersilaturahim dengan berbagai macam latar belakang membuat saya lebih UTUH dalam mempersentasikan Amtsilati.
Menyampaikan Amtsilati jangan hanya melihat dari sudut pandang bagaimana kita mengajar di Pesantren atau Madrasah. Belajar Nahwu jangan untuk Nahwu. Belajar Sharaf jangan hanya untuk sharaf. Namun utamakan Gagasan Besar dari Amtsilati. Yaitu, memahami Al Quran dan Kitab Kuning.
Tentu metodologi dalam BER-AMTSILATI di Madrasah, Pesantren dan Perguruan Tinggi memiliki corak yang berbeda. Kita bisa saja menduplikasi sistem dan manajemen Amtsilati Pusat ke Pesantren Pesantren lain. Namun belum tentu cocok untuk Madrasah Diniyah Sore atau Perguruan tinggi yang notabene pembelajarnya bervariasi.
Disini saya menawarkan manajemen ke-Amtsilati-an menjadi DUA KATEGORI.
1. MANAJEMEN TOTAL
Manajemen Amtsilati total agar bisa berjalan sukses Selengkapnya dimuat di Postingan sebelumnya. Ada 7 Faktor Keberhasilan Amtsilati yang perlu terpenuhi oleh setiap elemen lembaga. Manajemen ini bisa diterapkan di Lembaga yang siap memberikan alokasi waktu maksimal terhadap Amtsilati seperti Pondok Pesantren.
2. MANAJEMEN SITUSIONAL
Manajemen SITUSIONAL, menurut saya, belum banyak diterapkan oleh banyak Alumni. Penguasaan Materi dan tujuan pembelajaran perlu dimiliki para Muaalim Amtsilati. Kompetensi itu diantaranya CERDAS untuk Mengambil materi PRIORITAS dari Amtsilati, cara penyampaian materi yang efektif disertai pengayaan Praktek Bacaan Kitab Kuning.
Jika hal ini dikuasai, maka problem alokasi waktu terbatas akan TERPECAHKAN. Sebenarnya kelebihan Amtsilati dengan penghafalan Nadlom Alfiyah bisa relatif dilewati dulu. Agar Akselerasi materi Amtsilati bisa segera selesai dan pembelajar bisa cepat Praktek dalam memahami Ilmu Agama Islam Praktis lain.
Karena tidak semua pembelajar dalam Manajemen ini, dicetak menjadi Mubalig/Kyai/Ustadz. Manajemen ini diterapkan untuk para pembelajar dengan berbagai jurusan Umum. Kita renungkan, apakah Mahasiswa Jurusan Ekonomi, Fisika, Matematika atau jurusan umum lain DIHARUSKAN menghafal Nadlom Alfiyah. Justru dengan adanya beban Hafalan itu membuat pelambatan dalam penyelesaian Materi Amtsilati.
Di sisi lain, Kurikulum Amtsilati harus disandingkan dengan Materi Agama Aplikatif lainnya seperti Fiqh, Ushul Fiqh, Hadits, Ulum Quran dan Akhlak. Disini, materi Amtsilati menjadi UTUH dalam mempersiapkan generasi Mahasiswa yang Tangguh dan Faham terhadap kitab sucinya.
Sehingga mahasiswa membawa bekal BISMILLAH untuk bermasyarakat. Menjadi Alumnus yang bermanfaat dan mensolihkan.
Al Faqir,
Sabiq Al-Aulia Zulfa Amtsilati Santri Menulis