SANTRIMANDIRI.NET - Perkembangan zaman semakin maju belum tentu menjadikan kita berfikir maju. Bahkan bisa memperdaya dengan banyak kemudahan yang diperoleh.
Komunikasi semakin mudah, bersilaturahim semakin jarang. Menyimak pengajian semakin gampang di Yutub, namun tak menjadikan kita semakin cerdas. Aplikasi share kebaikan semakin banyak, namun tetap kita tak produktif berkarya.
Waktu semakin banyak yang luang namun kita mudah menghabiskannya dengan hal yang kurang produktif. Kita itu sebenarnya kebanyakan mengarah kepada saya sendiri. Menggunakan kata KITA, mungkin sahabat ada yang serupa merasakannya dengan saya.
Sebagai Alumni Amtsilati yang masih belajar, saya menemukan beberapa Problem yang masih belum bisa TERJAWAB secara Total. Yaitu mengenai Guru Tugas Amtsilati.
Tentu upaya-upaya dari tahun ke tahun terus dilakukan. Baik dari Amtsilati Pusat maupun Alumni. Namun sepertinya dari pihak Alumni, kami lihat KURANG SERIUS.
Puncaknya tahun ini, saya banyak dihubungi oleh sahabat alumni. Saya perhatikan, Banten menjadi daerah yang berkembang pesat dalam BERAMTSILATI. Gerilya Korwil Banten, Ust Rahmat Wibowo, membuahkan hasil. Beliau meminta banyak guru tugas. Malah menantang berapa guru tugas yang kau punya kirim sini. Pinta beliau.
Belum lagi, saya memikirkan lembaga2 yang dikirim Guru tugas 6 bulan lalu. Harus ada kelanjutan. Belum lagi Lombok meminta juga dan bla bla bla, permintaan semakin banyak namun stok sangat terbatas bahkan kurang. Greget saya. Panas lagi. Cuacanya.
Kalau dalam ilmu lapangan, ini namanya Problem atau masalah. Sesuatu menjadi masalah ketika harapan TIDAK SESUAI dengan kenyataan.
Masalah adalah ketika banyak permintaan guru tugas namun Alumni TIDAK bisa MEMENUHInya.
Masalah adalah ketika banyak alumni yang menganggur namun tidak BERKOMPETENSI untuk menjadi guru Tugas.
Masalah adalah ketika banyak alumni yang BERKOMPETENSI namun Tidak melakukan KADERISASI untuk Alumni lain atau Muallim di lingkungan sekitar.
Saya sadar diri, bukan saya merasa paling BERKOMPETENSI dalam bidang ini. Justru saya ingin mengakui kegagalan saya dalam BERAMTSILATI. Kegagalan saya adalah belum memaksimalkan program KADERISASI MUALLIM AMTSILATI.
Namun saya optimis kegagalan ini adalah kesuksesan tertunda karena termasuk rencana yang belum terwujud saja. Daripada suatu perjalanan tanpa rencana adalah kegagalan yang tidak disadari.
Ah, kamu omong aja. Tidak, tidak. Kami sudah berusaha juga. Februari 2019, kami selenggarakan Diklat Muallim Amtsilati se Jawa Barat. Diikuti 50-an peserta.
Sepertinya kita Alumni Amtsilati harus lebih kompak lagi. Menyatukan potensi dan menyusun langkah strategis. Terstruktur, Sistematis dan Massif. Kami sendiko dawuh dari para guru guru. Siap mendengar gebrakan gebrakan baru dari Syekh Gubes Al Mukarrom Ustadz Misbah.
Kegiatan Silatnas Amtsilati Jilid 2, saya rasa juga belum menghasilkan program konkret untuk Alumni. Silatnas hanya menjadi awal perjalanan dakwah kita. Belum menghasilkan apa apa. Tersindir? Justru saya yang paling tersindir karena saya termasuk panitia. Gak usah baperan.
Gerakan dan program harus lebih terarah dan menuntut kontrol yang ketat. Bulan demi bulan memiliki target pencapaian. Tidak hanya asal berjalan saja, tidak asal memiliki nama 'Alumni' saja.
Antusias para kyai, Ustadz, masyarakat semakin tinggi untuk Amtsilati. Seharusnya Antusias dan Keseriusan Alumni Amtsilati juga harus lebih tinggi.
Hidup kita bukan untuk PUBG atau Mobile Legend namun hakiki nya untuk Belajar, Berkarya dan Dakwah.
Sesekali di tengah perjalanan itu, kadang kita segarkan dengan PUBG atau Mobile Legend. Itu menjadi tak apa.
Al Faqir,
Sabiq Al-Aulia Zulfa
Pengajar Amtsilati Lokal Amtsilati Santri Menulis
Komunikasi semakin mudah, bersilaturahim semakin jarang. Menyimak pengajian semakin gampang di Yutub, namun tak menjadikan kita semakin cerdas. Aplikasi share kebaikan semakin banyak, namun tetap kita tak produktif berkarya.
Waktu semakin banyak yang luang namun kita mudah menghabiskannya dengan hal yang kurang produktif. Kita itu sebenarnya kebanyakan mengarah kepada saya sendiri. Menggunakan kata KITA, mungkin sahabat ada yang serupa merasakannya dengan saya.
Sebagai Alumni Amtsilati yang masih belajar, saya menemukan beberapa Problem yang masih belum bisa TERJAWAB secara Total. Yaitu mengenai Guru Tugas Amtsilati.
Tentu upaya-upaya dari tahun ke tahun terus dilakukan. Baik dari Amtsilati Pusat maupun Alumni. Namun sepertinya dari pihak Alumni, kami lihat KURANG SERIUS.
Puncaknya tahun ini, saya banyak dihubungi oleh sahabat alumni. Saya perhatikan, Banten menjadi daerah yang berkembang pesat dalam BERAMTSILATI. Gerilya Korwil Banten, Ust Rahmat Wibowo, membuahkan hasil. Beliau meminta banyak guru tugas. Malah menantang berapa guru tugas yang kau punya kirim sini. Pinta beliau.
Belum lagi, saya memikirkan lembaga2 yang dikirim Guru tugas 6 bulan lalu. Harus ada kelanjutan. Belum lagi Lombok meminta juga dan bla bla bla, permintaan semakin banyak namun stok sangat terbatas bahkan kurang. Greget saya. Panas lagi. Cuacanya.
Kalau dalam ilmu lapangan, ini namanya Problem atau masalah. Sesuatu menjadi masalah ketika harapan TIDAK SESUAI dengan kenyataan.
Masalah adalah ketika banyak permintaan guru tugas namun Alumni TIDAK bisa MEMENUHInya.
Masalah adalah ketika banyak alumni yang menganggur namun tidak BERKOMPETENSI untuk menjadi guru Tugas.
Masalah adalah ketika banyak alumni yang BERKOMPETENSI namun Tidak melakukan KADERISASI untuk Alumni lain atau Muallim di lingkungan sekitar.
Saya sadar diri, bukan saya merasa paling BERKOMPETENSI dalam bidang ini. Justru saya ingin mengakui kegagalan saya dalam BERAMTSILATI. Kegagalan saya adalah belum memaksimalkan program KADERISASI MUALLIM AMTSILATI.
Namun saya optimis kegagalan ini adalah kesuksesan tertunda karena termasuk rencana yang belum terwujud saja. Daripada suatu perjalanan tanpa rencana adalah kegagalan yang tidak disadari.
Ah, kamu omong aja. Tidak, tidak. Kami sudah berusaha juga. Februari 2019, kami selenggarakan Diklat Muallim Amtsilati se Jawa Barat. Diikuti 50-an peserta.
Sepertinya kita Alumni Amtsilati harus lebih kompak lagi. Menyatukan potensi dan menyusun langkah strategis. Terstruktur, Sistematis dan Massif. Kami sendiko dawuh dari para guru guru. Siap mendengar gebrakan gebrakan baru dari Syekh Gubes Al Mukarrom Ustadz Misbah.
Kegiatan Silatnas Amtsilati Jilid 2, saya rasa juga belum menghasilkan program konkret untuk Alumni. Silatnas hanya menjadi awal perjalanan dakwah kita. Belum menghasilkan apa apa. Tersindir? Justru saya yang paling tersindir karena saya termasuk panitia. Gak usah baperan.
Gerakan dan program harus lebih terarah dan menuntut kontrol yang ketat. Bulan demi bulan memiliki target pencapaian. Tidak hanya asal berjalan saja, tidak asal memiliki nama 'Alumni' saja.
Antusias para kyai, Ustadz, masyarakat semakin tinggi untuk Amtsilati. Seharusnya Antusias dan Keseriusan Alumni Amtsilati juga harus lebih tinggi.
Hidup kita bukan untuk PUBG atau Mobile Legend namun hakiki nya untuk Belajar, Berkarya dan Dakwah.
Sesekali di tengah perjalanan itu, kadang kita segarkan dengan PUBG atau Mobile Legend. Itu menjadi tak apa.
Al Faqir,
Sabiq Al-Aulia Zulfa
Pengajar Amtsilati Lokal Amtsilati Santri Menulis