Belakangan ini saya sering bermuhasabah atas beberapa kejadian, baik yang sudah dijalani ataupun yang sedang dihadapi. Salahsatunya akar dari sebuah sifat yang mungkin ada disetiap manusia termasuk saya sendiri, yaitu Takabur (Sombong).
Sebelum pembahasan lebih lanjut alangkah baiknya perlu kita ketahui arti kata takabur (sombong) yang menjadi akar permasalahan kita kali ini. Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), sombong adalah menghargai diri sendiri secara berlebihan. Kenapa harus KBBI yang menjadi dasar atau landasan definisi pertama?
Kamus ini menjadi acuan tertinggi bahasa Indonesia yang baku, karena merupakan kamus bahasa Indonesia terlengkap dan paling akurat yang pernah diterbitkan oleh penerbit yang memiliki hak paten dari pemerintah Republik Indonesia yang dinaungi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Kemudian ada juga beberapa ahli dalam mendefinisikan kata takabur (sombong) salahsatunya Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Arba’in Fii Ushuluddin, beliau berpendapat takabur adalah sikap menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain.
Karena sikapnya itu, orang sombong akan menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang dari pihak yang statusnya dianggap lebih rendah dari dirinya dari kedua definisi ini kita ambil kata kunci Bangga Terhadap diri sendiri secara berlebihan untuk memaknai kata sombong dalam pembahasan selanjutnya.
Salahsatu sifat yang telah melekat dari kebanyakan manusia ini kita ketahui telah ada sejak nenek moyang kita diciptakan, yaitu Ayahanda Adam AS dan Ibunda Hawa ketika di syurga.
Perlu kita ketahui sebelum Adam dan Hawa diciptakan, syurga itu telah berpenghuni, sebagaimana ayat yang ada didalam Q.S Al-Araf ayat 11, yang artinya:
’’Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian kami katakan pada para malaikat: ’’Bersujudlah kamu kepada adam’’ maka merekapun bersujud, kecuali iblis. Dia (iblis) tidak termasuk mereka yang bersujud’’
Dalam ayat ini jelas dinyatakan sebagaimana keumumannya manusia berpendapat pada saat ini, bahwa sombong adalah sifat iblis. Maka dari itu kita sebagai manusia yang diciptakan dengan kesempurnaan akalnya seyogianya merubah terhadap pemahaman tersebut, untuk meningkatkan kualitas berfikir.
Untuk pembahasan ini menyangkut tentang keyakinan aqidah, tentunya dalam penejelasan ini selain dari pemahaman yang saya ungkapkan dari pemahaman saya sendiri, saya berusaha bertanya ke beberapa ahli, termasuk guru saya sendiri yang memang layak dalam mebahas perkara ini.
Pernah satu waktu menyempatkan berkunjung ke rumah guru saya, sambil ngopi dan membahas ke NU-an, di sela pembicaraan terbesit untuk menanyakan kesombngan Alloh dan salah salahsatu dalil,
’’Ustadz... boleh ga saya mengatakan bahwa Alloh itu sombong? Dan apakah ada dalilnya?’’ secara spontan dan tidak disertai berfikir, guru saya pun menjawab dengan tegas
’’ALLOH ITU SOMBONG !’’ seraya menghisap rokok yang dipegangnya.
Kemudian beliau melantunkan Q.S Al-Hasyr ayat 23, yang artinya:
‘’Dia-lah Allah Yang tiada Rabb (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Mahasuci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.’’
‘’Alloh itu memiliki sifat Al-Mutakabbir, atau alloh itu yang maha memiliki sifat kibriya (kesombongan) hanya saja sifat Rohman dan Rohim-Nya itu jauh lebih maha daripada Al-Mutakabbir-Nya’’ jelasnya.
Dari penjelasan tersebut saya memahami dengan sangat jelas, mungkin kalian sendiri pun pernah mendengar keterangan ’’semua mu’min itu akan masuk syurga walaupun didalam hatinya hanya ada iman sebesar biji kelapa’’ eh.. sawi maksudnya.hehe
Kemudian pada sebuah kisah di zaman para sahabat pernah ada seorang pelacur yang bisa kita bayangkan dosa pelacur itun seperti apa, namun dalam perjalanan bertaubat, beliau melihat anjing yang sedang kehausan, atas tindakan kebaikan terhadap SI ANJING, pelacur tersebut diterima taubatnya.
Pernyataan tersebutlah yang terbayang setelah mendengar penjelasan dari Sang Guru.hehehee
Adapun keisengan berfikir saya, misalkan alloh ga sombong, emang ga gak pantes, coba perhatikan jikalau ada ayat seperti ini, ’’Sembahlah aku yang apa adanya’’ atau ’’Akulah yang maha pengasih dan yang Maha tidak mempunyai apa-apa’’ kesannya seperti alloh itu ga ada gagah gagahnya, kesannya seperti opa opa korea yang ketiban kipas kecil langsung nangis. Maka sangat mustahil alloh seperti itu.
Selayaknya kita berhipotesis, ternyata benar Alloh itu layak sombong, sedangkan makhluqnya tidak layak sama sekali untuk sombong, Alloh itu memiliki segalanya, bumi langit dan isinya, serta apapun yang telah dibuat ataupun yang belum dibuat olehnya, Maha gagah, Maha kuasa, Maha diatas Maha.
Pernyataan yang saya ungkapkan pada tulisan ini adalah bentuk ekspresi dan ketakjuban derhadap kemahabesaran Alloh, ini pujian, bukan cacian untuk sang pencipta.
Ditulis Oleh:
Silman Nulfarisi, Mahasantri Pondok Pesantren Nurul Musthofa An-Nuroniyah, Kadungora, Garut, Jawa Barat
Artikel Santri Santri Menulis
Sebelum pembahasan lebih lanjut alangkah baiknya perlu kita ketahui arti kata takabur (sombong) yang menjadi akar permasalahan kita kali ini. Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), sombong adalah menghargai diri sendiri secara berlebihan. Kenapa harus KBBI yang menjadi dasar atau landasan definisi pertama?
Kamus ini menjadi acuan tertinggi bahasa Indonesia yang baku, karena merupakan kamus bahasa Indonesia terlengkap dan paling akurat yang pernah diterbitkan oleh penerbit yang memiliki hak paten dari pemerintah Republik Indonesia yang dinaungi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Kemudian ada juga beberapa ahli dalam mendefinisikan kata takabur (sombong) salahsatunya Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Arba’in Fii Ushuluddin, beliau berpendapat takabur adalah sikap menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain.
Karena sikapnya itu, orang sombong akan menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang dari pihak yang statusnya dianggap lebih rendah dari dirinya dari kedua definisi ini kita ambil kata kunci Bangga Terhadap diri sendiri secara berlebihan untuk memaknai kata sombong dalam pembahasan selanjutnya.
Salahsatu sifat yang telah melekat dari kebanyakan manusia ini kita ketahui telah ada sejak nenek moyang kita diciptakan, yaitu Ayahanda Adam AS dan Ibunda Hawa ketika di syurga.
Perlu kita ketahui sebelum Adam dan Hawa diciptakan, syurga itu telah berpenghuni, sebagaimana ayat yang ada didalam Q.S Al-Araf ayat 11, yang artinya:
’’Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian kami katakan pada para malaikat: ’’Bersujudlah kamu kepada adam’’ maka merekapun bersujud, kecuali iblis. Dia (iblis) tidak termasuk mereka yang bersujud’’
Dalam ayat ini jelas dinyatakan sebagaimana keumumannya manusia berpendapat pada saat ini, bahwa sombong adalah sifat iblis. Maka dari itu kita sebagai manusia yang diciptakan dengan kesempurnaan akalnya seyogianya merubah terhadap pemahaman tersebut, untuk meningkatkan kualitas berfikir.
Untuk pembahasan ini menyangkut tentang keyakinan aqidah, tentunya dalam penejelasan ini selain dari pemahaman yang saya ungkapkan dari pemahaman saya sendiri, saya berusaha bertanya ke beberapa ahli, termasuk guru saya sendiri yang memang layak dalam mebahas perkara ini.
Pernah satu waktu menyempatkan berkunjung ke rumah guru saya, sambil ngopi dan membahas ke NU-an, di sela pembicaraan terbesit untuk menanyakan kesombngan Alloh dan salah salahsatu dalil,
’’Ustadz... boleh ga saya mengatakan bahwa Alloh itu sombong? Dan apakah ada dalilnya?’’ secara spontan dan tidak disertai berfikir, guru saya pun menjawab dengan tegas
’’ALLOH ITU SOMBONG !’’ seraya menghisap rokok yang dipegangnya.
Kemudian beliau melantunkan Q.S Al-Hasyr ayat 23, yang artinya:
‘’Dia-lah Allah Yang tiada Rabb (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Mahasuci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.’’
‘’Alloh itu memiliki sifat Al-Mutakabbir, atau alloh itu yang maha memiliki sifat kibriya (kesombongan) hanya saja sifat Rohman dan Rohim-Nya itu jauh lebih maha daripada Al-Mutakabbir-Nya’’ jelasnya.
Dari penjelasan tersebut saya memahami dengan sangat jelas, mungkin kalian sendiri pun pernah mendengar keterangan ’’semua mu’min itu akan masuk syurga walaupun didalam hatinya hanya ada iman sebesar biji kelapa’’ eh.. sawi maksudnya.hehe
Kemudian pada sebuah kisah di zaman para sahabat pernah ada seorang pelacur yang bisa kita bayangkan dosa pelacur itun seperti apa, namun dalam perjalanan bertaubat, beliau melihat anjing yang sedang kehausan, atas tindakan kebaikan terhadap SI ANJING, pelacur tersebut diterima taubatnya.
Pernyataan tersebutlah yang terbayang setelah mendengar penjelasan dari Sang Guru.hehehee
Adapun keisengan berfikir saya, misalkan alloh ga sombong, emang ga gak pantes, coba perhatikan jikalau ada ayat seperti ini, ’’Sembahlah aku yang apa adanya’’ atau ’’Akulah yang maha pengasih dan yang Maha tidak mempunyai apa-apa’’ kesannya seperti alloh itu ga ada gagah gagahnya, kesannya seperti opa opa korea yang ketiban kipas kecil langsung nangis. Maka sangat mustahil alloh seperti itu.
Selayaknya kita berhipotesis, ternyata benar Alloh itu layak sombong, sedangkan makhluqnya tidak layak sama sekali untuk sombong, Alloh itu memiliki segalanya, bumi langit dan isinya, serta apapun yang telah dibuat ataupun yang belum dibuat olehnya, Maha gagah, Maha kuasa, Maha diatas Maha.
Pernyataan yang saya ungkapkan pada tulisan ini adalah bentuk ekspresi dan ketakjuban derhadap kemahabesaran Alloh, ini pujian, bukan cacian untuk sang pencipta.
Ditulis Oleh:
Silman Nulfarisi, Mahasantri Pondok Pesantren Nurul Musthofa An-Nuroniyah, Kadungora, Garut, Jawa Barat
Artikel Santri Santri Menulis